Selasa, 31 Mei 2016

SIKLUS MENSTRUASI

SIKLUS MENSTRUASI

Tanda masuknya masa pubertas berbeda antara wanita dan pria. Pada pria, masuknya masa pubertas ini ditandai oleh mimpi basah, sedangkan pada wanita ditandai oleh datangnya menstruasi atau haid. Perubahan fisiologis ini ditandai dengan keluarnya darah dari kelamin wanita, karena lepasnya sel telur. Siklus ini terus berlangsung setiap bulannya hingga seorang wanita mengalami menopause (berhenti dari haid).
Haid atau "datang bulan" merupakan siklus normal dan dialami setiap wanita sebagai tanda sistem reproduksi yang sehat. Wanita mulai mengalami hal ini ketika usia sekolah yaitu antara umur 9 sampai 16 tahun. Siklus haid pada wanita biasanya terjadi sebulan sekali yaitu antara 28 - 35 hari, dan berlangsung selama 3 hingga 15 hari, kecuali ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perubahan siklus, seperti terjadinya pembuahan.
Paada saat menstruasi terjadi peluruhan dinding rahim. Peluruhan tersebut akan berlangsung tiap bulannya, sehingga terjadinya proses pembersihan rahim karena ovum yang tidak dibuahi. Bagi wanita tidak asing lagi dengan haid setiap bulannya kecuali jika adanya pembuahan (kehamilan.
Regulasi Hormonal Terhadap Daur Menstruasi
Kontrol hormonal pada alat reproduksi wanita
Sekurang-kurangnya ada 5 hormon utama yang berperan dalam pengaturan dan pengkoordinasian daur pembentukan folikel di uterus, yakni:
a.   GnRH (Gonadotropic Releasing Hormone) yang diproduksi oleh hipotalamus di otak
b.   FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior dari hipofisis.
c.    LH (Luteinizing Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior dari hipofisis.
d.    Estrogen, yang dihasilkan oleh teka folikuli interna dari folikel yang sedang berkembang menjadi folikel de Graaf.
e.    Progesteron, yang dihasilkan oleh korpus luteum.
1.    Daur Ovarium
Pada akhir suatu menstruasi, GnRH menginduksi lobus anterior dari hipofisis memproduksi FSH dan LH. Melalui peredaran darah kedua hormon tersebut tiba di ovarium, akan tetapi folikel primer belum mempunyai reseptor untuk menangkap LH. Hormon FSH menginduksi perkembangan folikel. Menjelang pembentukan folikel de Graaf, sel-sel yang meliputi membrana granulosa berkondensasi dan membentuk lapisan, yang disebut teka folikuli interna dan berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin ini menghasilkan hormon estrogen. Di bagian luar dari teka folikuli interna sel-sel membentuk teka folikuli eksterna.
Mendekati pematangan folikel de Graaf, produksi hormon estrogen meninggi dengan cepat. Konsentrasi hormon estrogen yang tinggi memberikan umpan balik positif terhadap hypothalamus untuk meningkatkan produksi GnRH, sehingga produksi FSH dan LH meningkat.
Kini folikel telah diilengkapi dengan reseptor untuk mengikat hormon LH dan peningkatan hormon LH menginduksi pematangan folikel de Graaf dan kemudian mengalami ovulasi. Setelah ovulasi, LH berfungsi mengubah folikel menjadi korpus luteum.
Jika ovum dibuahi (terjadi kehamilan), maka korpus luteum dipertahankan selama 3 sampai 4 bulan. Hormon progesteron yang diproduksi oleh korpus luteum diperlukan untuk mempertahankan endometrium dari uterus agar tidak melecet pada bulan-bulan pertama dari kehamilan. Sesudah 4 bulan korpus luteum berdegenerasi dan tidak menghasilkan hormon progesteron lagi. Pada waktu ini plasenta mulai menghasilkan hormon progesteron.
Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum masih dapat bertahan selama kurang lebih 14 hari, dan kemudian berdegenerasi. Sel-sel luteal berubah menjadi jaringan fibrous berwarna putih,. sehingga disebut korpus albikans. Produksi hormon progesteron praktis berhenti.
  
2.    Daur menstruasi
Satu daur menstruasi (menses) dihitung mulai dari hari pertama terjadi pendarahan menses sampai pada hari pertama pendarahan menses berikutnya. Daur menstruasi dapat dibagi atas 4 fase, yakni:
a.   Pasca menstruasi
b.   Proliferasi
c.   Sekretoris
d.   Menstruasi
Dinding uterus terdiri atas 3 lapis, yakni dari ruang uterus ke permukaan berturut-turut:
a.   Endometrium
b.   Miometrium
c.    Epimetrium
Lapisan yang berperan dalam daur menstruasi, ialah endometrium. Lapisan endometrium masih dapat dibagi atas 3 lapisan, yakni:
a.    Stratum kompaktum
b.    Stratum spongiosum 
c.    Stratum basalis
Permukaan endometrium (stratum kompaktum) dilapisi oleh sel-sel epitel. Pembuluh daerah arteri ada yang berjalan melilit (spiral) dan vertikal dan ada pula yang lurus vertikal di daerah stratum basalis
A.    Pasca menstruasi
Pada waktu menstruasi berhenti, stratum kompaktum dan stratum spongiosum dari endometrium telah selesai melecet (mengelupas atau mengalami erosi). Pada waktu ini konsetnrasi hormon estrogen dan hormon progesteron rendah, dan keadaan ini memberikan umpan balik positif bagi hipothalamus untuk meningkatkan produksi hormon GnRH, sehingga produksi FSH dan LH mulai pula dinaikkan. Pasca menstruasi berlarigsung kurang lebih 4 hari.
B.     Fase proliferasi
Pada fase ini endometrium mulai menebal kembali secara progresif. Penebalan dimungkinkan oleh proliferasi atau perbanyakan sel-sel endometrium di lapisan stratum basale yang tidak mengalami erosi pada waktu menstruasi. Proliferasi sel diinduksi oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh teka folikuli interna dari folikel yang sedang berkembang menjadi folikel de Graaf. Jadi, sementara folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang diinduksi oleh hormon FSH, maka endometrium berproliferasi menjadi tebal oleh hormon estrogen. Pada fase proliferasi tidak hanya terjadi penebalan endometrium, akan tetapi pula terjadi regenerasi              kelenjar-kelenjar  dan   pembuluh  darah yang  terpotong pada waktu  menstruasi.
Akhirnya terbentuk lagi stratum kompaktum dan stratum songiosum dari endometrium. Fase ini berlangsung kurang lebih 12 hari.
C.    Fase Sekretoris
Pada fase sekretoris tebalnya endometrium telah maksimum, yakni 5 sampai 7 mm. Pada pasca menstruasi tebal endometrium sisa 0,5 sampai 1 mm. Bagian basal dari kelenjar-kelenjar uterus yang tersisa pada waktu menstruasi bertumbuh memanjang dan kemudian berkelok-kelok. Diameter kelenjar bertambah. Sel-sel kelenjar banyak memproduksi glikogen. Pada fase ini bagian apikal sel-sel kelenjar melepaskan diri dan disekret ke ruang uterus bersama glikogen dan sekret lain, sekret berupa lendir berfungsi untuk menerima blastokista, jika terjadi pembuahan.
Setelah ovulasi, hormon LH dari lobus anterior hipophysis  menginduksi folikel de Graaf yang tersisa menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini memproduksi hormon progesteron. Oleh peredaran darah hormon progesteron tiba di uterus dan menginduksi sekresi kelenjar-kelenjar serta mempertahankan eksistensi tebalnya endometrium, sebagai persiapan untuk implantasi dan tempat perkembangan embrio. Fase ini berlangsung kurang lebih 8 hari.
D.    Fase menstruasi
Jika ovum tidak dibuahi, maka menjelang akhir fase sekretoris hormon estrogen dan progesteron makin meningkat. Konsentrasi tinggi dari kedua hormon tersebut memberikan umpan balik negatif bagi hipotalamus, sehingga produksi homron GnRH ditekan dan mengakibatkan penurunan produksi hormon FSH dan LH. Pada waktu LH berkurang, maka korpus luteum yang membutuhkan LH untuk berfungsi mulai berdegenerasi dan berubah menjadi korpus albikans. Hal ini mengakibatkan penurunan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron. Karena progesteron berfungsi mempertahankan fase sekretoris dan keutuhan tebalnya endometrium, maka pada waktu konsentrasi hormon progesteron menuju tajam, stratum kompaktum dan stratum spongiosum mengalami erosi. Pembuluh darah terpotong, sehingga terjadi perdarahan. Peristiwa ini disebut menstruasi. Darah         menstruasi  tidak berkoagulasi. Erosi endometrium tidak terjadi sekaligus, melainkan setempat demi setempat sampai akhir menstruasi. Stratum basalis yang tersisa bertumbuh kembali pada fase proliferasi dari daur berikutnya. Fase ini berlangsung kurang lebih 4 hari.
Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche. Faktor psikologis cukup berperan ketika terjadi menarche. Hal ini diperkirakan terjadi karena pengaruh globalisasi dan video-video asusila yang banyak beredar sehingga megakibatkan menarche terjadi lebih dini yaitu pada usia kurang dari atau sama dengan 10 tahun.
Nukleus amigdale memegang peranan penting sebagai “pubertas inhibitor” sehingga hipotalamus tidak merangsang hipofise untuk mengeluarkan ‘gonadotrophine hormonal” terlalu dini.
Pada permulaan menstruasi sampai dengan usia 17-18 tahun sering tejadi ‘anovulasi’ sehingga “estrogen yang dominan” mempunyai kesempatan untuk merangsang organ seks sekunder untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Siklus Menstruasi Wanita

Masa subur wanita dinyatakan sebagai masa di mana terdapat sel telur yang siap dibuahi oleh sperma (dan bersamaan dengan itu ada sperma yang siap membuahi sel telur). Sel telur yang siap dibuahi adalh sel telur yang telah dilepaskan dari indung telur dalam suatu proses yang disebut dengan ovulasi.
Secara normal, wanita telah memiliki ribuan sel telur yang dalam indung telur (ovarium) kiri dan kanan yang telah diperolehnya sejak wanita itu masih berupa janin dalam kandungan ibunya. Hanya saja sel-sel telur tersebut berada dalam keadaan diam, standby, akibat pengaruh bahan yang dikeluarkan oleh sel folikuler (beberapa sel-sel gepeng yang bergandengan yang membungkus masing-masing sel telur, sel-sel ini juga berada di dalam indung telur).
Siklus Menstruasi yang Tidak Normal
Perempuan dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid mereka. Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali sampai menstruasi berat dan berkepanjangan.
Pola haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi kurang dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih dari 10 hari maka Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi atau kondisi medis lainnya.

1. Amenore

Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi (amenore sekunder).
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.

2. Sindrom Pramenstruasi (PMS)

Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai.
Beberapa gejala PMS yang sering dirasakan:
  • Payudara menjadi lembut dan bengkak
  • Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
  • Tidak tertarik seks (libido menurun)
  • Jerawat berkala
  • Perut kembung atau kram
  • Sakit kepala atau sakit persendian
  • Sulit tidur
  • Sulit buang air besar (BAB)

3. Dismenore

Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam.
Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga, kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit.
Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit tertentu.

4. Menoragia

Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia.
Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah.
Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.

5. Perdarahan Abnormal

Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:
  • Pendarahan di antara periode menstruasi
  • Pendarahan setelah berhubungan seks
  • Perdarahan setelah menopause
Perdarahan abnormal disebabkan  banyak hal. Dokter Anda mungkin memulai dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia Anda. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.
Baik pada remaja maupun wanita menjelang menopause, perubahan hormon dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur.

Tanda dan gejala menstruasi

Ada beberapa tanda dan gejala yang seringkali dialami oleh wanita sebelum atau pada saat menstruasi, antara lain:
  • Rasa nyeri ketika buang air kecil
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Peningkatan emosi
  • Keputihan
  • Perut terasa mual dan mulas
  • Bengkak dan nyeri pada payudara
  • Bau badan yang tidak sedap
  • Muncul jerawat pada bagian wajah
Tanda-tanda tersebut hampir dialami oleh setiap wanita. Namun sebagian wanita justru merasa biasa saja. Rasa sakit pada bagian perut saat haid bisa sangat menyiksa bagi sebagian orang, namun belum tentu bagi yang lain. Namun, jika rasa sakit atau nyeri haid sangat buruk dan terus-menerus, apalagi disertai muntah atau tidak sadarkan diri, maka sebaiknya anda memeriksakan diri ke dokter. Mungkin ada kelainan tertentu di rahim, sehingga mengalami rasa sakit yang teramat sangat.

Senin, 30 Mei 2016

MAKALAH GIZI BURUK


 MAKALAH GIZI BURUK
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000).

Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan koordinasi lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders untuk menjamin terlaksananya poin-poin penting seperti pemberdayaan masyarakat, pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan pendidikan yang secara tidak langsung akan mengubah budaya buruk dan paradigma di tataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap keluarga termasuk anak.
Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Pada umumnya IPM dan IKM mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat kesehatan), penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar kehidupan yang layak (tingkat ekonomi). Pada IPM, standar hidup layak dihitung dari pendapatan per kapita, sementara IKM diukur dengan persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih, fasilitas kesehatan, dan balita kurang gizi.
Tiga faktor utama penentu IPM yang dikembangkan UNDP adalah tingkat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat.
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi pembangunan gizi adalah “Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat/keluarga yang optimal”.
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi mikro dan kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro (Dinkes Purworejo,2006). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalu sedikit dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar disebut gizi buruk.  Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui sampai tahun 2011 ini ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk.

B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah
1.    Apakah gizi buruk itu ?
2.    Bagaimanakah masalah gizi buruk di indonesia ?
3.    Bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi buruk di Indonesia ?

C.    Tujuan
Tujuan dalam penulisan karya tulis Ilmiah ini adalah
1.    Untuk mengetahui bagaimanakah gizi buruk yang sebenarnya.
2.    Untuk mengetahui penyebab dan dampak yang di timbulkan dari gizi buruk
3.    Untuk mengetahui masalah-masalah gizi buruk di Indonesia
4.    Untuk mengetahui peran pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi buruk di Indonesia

D.    Manfaat
Manfaat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
1.    Dapat mengetahui bagaimanakah gizi buruk sebenarnya
2.    Dapat mengetahui penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari gizi buruk
3.    Dapat mengetahui peranan pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi buruk di Indonesia
4.    Membantu masyarakat dalam upaya mencegah bertambahnya penderita gizi buruk di Indonesia

E.    Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.    Rumusan Masalah
C.    Tujuan
D.    Manfaat
E.    Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Gizi Buruk
B.    Penyebab Gizi Buruk
C.    Tipe-tipe Gizi buruk
D.    Pencegahan Gizi buruk
E.    Penanganan gizi buruk
F.    Gizi buruk di IndonesiaGizi buruk di Makassar
G.    Peran Pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi buruk di Indonesia
H.    Peran Pemerintah kota Makassar dalam menanggulangi masalah gizi buruk
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.    Saran



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian gizi buruk

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.

B.    Penyebab Gizi Buruk
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
1.    Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2.    Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
1.    Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2.    Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3.    Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1.    Keluarga miskin
2.    Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3.    Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.

C.    Jenis-jenis gizi buruk
Gizi buruk terbagi menjadi empat jenis yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-Kwashiorkor serta Obesitas.
a)    Kwasiorkor
Kwasiorkor memiliki ciri-ciri:
1.    Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
2.    Pandangan mata sayu
3.    Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
4.    Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5.    Terjadi pembesaran hati
6.    Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7.    Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8.    Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9.    Anemia dan diare.
b)    Marasmus
Marasmus memiliki ciri-ciri:
1.    Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2.    Wajah seperti orang tua
3.    Mudah menangis/cengeng dan rewel
4.    Kulit menjadi keriput
5.    Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6.    Perut cekung, dan iga gambang
7.    Seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8.    Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
c)    Marasmic-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
d)    Obesitas

Obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan di seluruh tubuh, dimana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Obesitas berarti berat badan (BB) yang melebihi BB rata-rata. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih besar dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal berarti mengalami obesitas.
Obesitas sendiri digolongkan menjadi 3 kelompok:
•    Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%;
•    Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%; dan
•    Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%.
Apa perbedaan obesitas dan overweight? Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, yang membuat BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal, dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh.
Obesitas seharusnya disorot sebagai masalah kelebihan gizi yang cukup akut sehingga dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Tidak hanya kekurangan gizi, kelebihan gizi pun berdampak negatif bagi kesehatan seseorang.
Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta jiwa (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta jiwa (4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.Mengapa seseorang dapat mengalami obesitas?
Berikut beberapa penyebab utama:
a)    Faktor genetik
Seseorang dapat mengalami obesitas karena sudah merupakan keturunan dari orangtuanya, sehingga secara genetik hal tersebut tidak dapat dihindari. Di dalam suatu keluarga, sudah pasti ditemukan kesamaan pola makan dan gaya hidup antara orangtua dan anak. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
b)    Faktor lingkungan
Ternyata lingkungan seseorang pun memegang peranan cukup berarti dalam membentuk keobesitasan pada tubuh seseorang. Termasuk di antaranya adalah perilaku atau pola hidup, contohnya makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik yang dilakukan, dan lain-lain.
c)    Faktor psikis
Stres, depresi, kelelahan yang amat sangat, seringkali mempengaruhi kebiasaan makan dan pola hidup seseorang. Biasanya makan akan menjadi tidak teratur atau justru terlalu banyak makan makanan kurang bergizi seperti junk food, ditambah kurangnya konsumsi zat bermanfaat seperti sayur mayur dan buah-buahan.

D.    Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, yaitu:
1.    Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2.    Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3.    Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4.    Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5.    Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

E.    Penanganan Gizi Buruk

Orang yang obesitas harus memilih program penurunan berat badan yang aman. Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih program penurunan berat badan yaitu:
•    Diet aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein).
•    Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.
•    Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
Untuk diagnosa terjadinya gizi buruk, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan :
•    Memeriksa tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (body mass index)
•    Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan
•    Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain
•    Memeriksa penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk
Untuk penanganan gizi buruk. Dokter atau ahli gizi biasanya akan mengusulkan untuk pengaturan pola makan, termasuk jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka, terapi lain disarankan untuk menanganinya.
F.    Gizi Buruk di Indonesia
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi  makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Kesepakatan global dalam bidang pangan dan gizi terutama World Summit for Children 1990, international Conference on Nutrition 1992 di Roma dan World Food Summit 1996 menetapkan sasaran program pangan dan perbaikan gizi yang harus dicapai oleh semua negara. Sasaran global tersebut sampai saat ini menjadi salah satu acuan pokok di dalam pembangunan program pangan dan gizi di semua negara termasuk Indonesia. Pembangunan program pangan dan gizi di Indonesia selam 30 tahun terakhir menunjukan hasil yang positif. Analisis penyediaan pangan tahun 1999 secara makro disimpulkan bahwa persediaan energi dan protein per kapita/hari masing-masing sebesar 2.890 Kkal dan 62,7 gram, telah  memenuhi kecukupan yang dianjurkan. Masalah pangan baru terlihat pada tingkat konsumsi rumah tangga. Data tahun 1998 menunjukan bahwa antara 49% sampai 53% rumah tangga di berbagai daerah mengalami defisit energi (konsumsi < 70% kebutuhan energi). Defisit pangan di tingkat rumah tangga disertai distribusi pangan antar anggota keluarga yang tidak baik didasari pengetahuan atau  perilaku gizi yang belum memadai berakibat munculnya masalah kurang gizi.
Gambaran makro perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukan kecenderungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein pada balita turun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999. Penurunan serupa juga terjadi pada prevalensi masalah gizi lain. Prevalensi gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan anemia gizi pada tahun 1998 masing-masing 9,8%, 0,3%, dan 50,9%. Dibandingkan dengan sasaran global yang disepakati, keadaan gizi masyarakat di Indonesia masih jauh ketinggalan. Sebagai contoh, pada tahun 2005 diharapkan terjadi penurunan prevalensi kurang energi protein menjadi 20%, gangguan akibat kurang yodium menjadi 5%, anemnia gizi menjadi 40%, dan bebas masalah kebutaan akibat kurang vitamin A.
Krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 semakin memperburuk keadaan gizi masyarakat. Selama krisis, ada kecenderungan meningkatnya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk terutama pada kelompok umur 6-23 bulan. Munculnya kasus-kasus marasmus, kwashiorkor merupakan indikasi adanya penurunan ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa mendatang harus dilakukan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai daerah otonom, mengatur kewenangan pemerintahan daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan termasuk pembangunan di bidang pangan dan gizi. Iklim baru ini merupakan peluang untuk percepatan pencapaian sasaran nasional dan global. Adanya kebijakan dan strategi yang tepat, program yang sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan akan sangat mendukung pencapaian sasaran nasional.
Obesitas seharusnya disorot sebagai masalah kelebihan gizi yang cukup akut sehingga dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Tidak hanya kekurangan gizi, kelebihan gizi pun berdampak negatif bagi kesehatan seseorang. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta jiwa (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta jiwa (4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.
Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).
"Makanan dan gizi merupakan basis dari pembangunan manusia, sosial dan ekonomi. Sekitar 1 Milyar penduduk dunia saat ini mengalami masalah dalam penyediaan makanan. Sepertiga dari seluruh anak-anak di dunia (171 juta anak) ada dalam keadaan kurang gizi kronik", tulis Prof. Tjandra dalam surat elektronik kepada Kepala Pusat Komunikasi Publik.
Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui sampai tahun 2011 ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk. "Ada sekitar 1 juta anak gizi buruk di Indonesia diantara 240 juta penduduk Indonesia," ujar Direktur Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Dr dr Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, dalam acara seminar Hospital Expo di JCC, Jakarta.
Dr Slamet menuturkan kebanyakan berada di daerah timur Indonesia seperti di daerah NTT dan Maluku. Salah satu faktor penyebabnya karena letak geografisnya seperti jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan.
“Berdasarkan hasil riset para ahli kesehatan gizi, di negara ini gizi buruk telah mencapai kurang lebih 35%. Itu semua dapat terlihat di saat pertumbuhan balita usia satu tahun hingga lima tahun,” kata ahli gizi Institut Pertanian Bogor Ali Khomsan saat ditemui di sela-sela acara pelatihan kader Posyandu di Gedung PKK Jabar Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung.
G.    Gizi Buruk di Makassar

Kasus gizi buruk masih menghantui Sulawesi Selatan, yang pertumbuhan ekonominya diklaim mencapai 8 persen. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mencatat ada 116 kasus anak balita gizi buruk selama Januari hingga Maret 2011. Empat daerah kantong gizi buruk di Sulsel adalah Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, Maros, dan Jeneponto.
Kepala Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel Astati Mada Amin mengatakan hal itu di Makassar, Kamis (12/5/2011) di sela-sela kampanye Proyek Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat (proyek NICE).
"Prevalensi tingkat gizi buruk di Makassar tahun 2010 ialah 6,8 persen, sedangkan Jeneponto 5,5 persen. Angka ideal tingkat gizi buruk harus di bawah 5 persen. Masih tingginya kasus gizi buruk harus dikaji dari banyak hal, tetapi salah satunya ialah minimnya keberpihakan pemerintah terhadap anggaran gizi," kata Astati.
Minimnya anggaran perbaikan gizi sangat kentara di daerah. Astati mencontohkan Kabupaten Tana Toraja yang mengalokasikan hanya Rp 5 juta untuk program gizi. "Apa yang bisa dilakukan dengan dana segitu, paling hanya untuk administrasi saja," ujarnya.
Adapun di tingkat provinsi, anggaran gizi yang diterima dinas kesehatan tahun 2011 mencapai Rp 350 juta, sudah termasuk Rp 150 juta untuk sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Air Susu Ibu. Namun, Astati menambahkan, anggaran itu pun lebih terserap untuk pelatihan penambahan kapasitas dan rapat-rapat teknis. 
Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan tahun 2010, tingkat prevalensi gizi buruk nasional menurun dari 5,4 persen tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Kendati demikian, masih ada kesenjangan antarprovinsi.
Sebanyak 18 provinsi di Indonesia setidaknya masih memiliki tingkat prevalensi gizi buruk yang tinggi, seperti di antaranya di Sulsel (6,4 persen), Nusa Tenggara Barat (10,6 persen), dan Nusa Tenggara Timur (9 persen).
Untuk menekan tingkat gizi buruk, Proyek Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat yang disebut NICE, dimulai sejak tahun 2008 di Sulsel, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Konsultan keuangan Proyek NICE Sulsel, Herman, mengatakan, di Sulsel proyek ini mencakup 206 desa dengan anggaran Rp 21,456 miliar. Setiap desa mendapatkan anggaran Rp 140 juta yang dicairkan dalam tiga periode. Dana ini dicairkan langsung ke kelompok gizi masyarakat (KGM) yang ada di tiap desa. "KGM menyusun program mereka sendiri yang sesuai dengan kondisi gizi masyarakat setempat. Kegiatan mereka pun berintegrasi dengan posyandu. Masyarakat harus diberdayakan dalam proyek ini agar ketika donor berganti, sistemnya sudah jalan," ujar Herman. 

H.    Peran Pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi buruk di Indonesia

Hingga kini Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp.700 miliar per tahunnya. Saat ini kemenkes memprioritaskan penanggulangan gizi buruk di enam provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT. Enam provinsi itu diprioritaskan karena masih banyaknya kasus gizi buruk ditemukan. Demikian yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih di Seminar Nasional Pangan dan Gizi 2012 di Jakarta.
"Masalah gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Kita punya program Seribu Hari Pertama untuk Negeri yaitu masa kritis perkembangan fisik dan intelektual anak," ujarnya. Program tersebut merupakan penjabaran dari gerakan Scaling-Up Nutrition Movement, yang dicanangkan PBB pada September 2011.
"PBB mengajak negara-negara anggotanya untuk melakukan perbaikan gizi yang antara lain memfokuskan pada seribu hari pertama kehidupan. Kami telah mengirimkan surat kepada Sekjen PBB menyampaikan kesanggupan bergabung dalam gerakan ini," kata Menkes. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010.
Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. "Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada perbaikan dan masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor, beberapa vitamin dan mineral esensial selalu dipantau," ujarnya.

I.    Peran Pemerintah kota Makassar dalam menanggulangi masalah gizi buruk
Mengantisipasi kasus gizi buruk akan meluas di Makassar Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar memprogramkan penanganan 100 hari kerja.
"Penangangan gizi buruk telah disiapkan program 100 hari kepada para penderita. Tak hanya itu kita libatkan semua elemen dari tingkat posyandu hingga puskesmas," kata Kadis Dinkes Makassar Naisyah Tun Azikin, di Makassar.
Penanganan gizi buruk selama ini ditangani langsung di puskesmas dan posyandu lalu dirujuk ke rumah sakit setempat, sudah menjadi prosedur tetap. Namun, bila puskesmas dan posyandu yang menangani pasien tidak disokong dana awal pastinya akan menjadi kendala. penanganan gizi buruk dan daerah rawan gizi di Makassar mestinya didorong dengan membangun posko pengaduan serta penanganan gizi buruk sehingga diyakini berfungsi secara optimal pada masyarakat mengingat angka penderita gizi buruk cukup tinggi.
Penanganan kasus gizi buruk dalam kondisi parah dibantu susu, makanan bergizi, telur dan vitamin. Dan untuk gizi kurang, diberikan asupan gizi berupa asupan susu dan makanan bergizi. "Program ini dianggap langsung menyentuh masyarakat dan penderita gizi buruk yang ditangani Puskesmas dan Posyandu.
Sedangkan anggaran penanganan gizi buruk, telah diusulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2011 dengan alokasi Rp1,2 miliar. Selain program gizi buruk, program lain juga direncanakan melakukan sertifikasi 14 Posyandu dan Puskesmas serta 24 Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai mutu pelayanan kesehatan di masyarakat yang berkualitas.  Banyak upaya dilakukan untuk mengatasi masalah Gizi buruk di Indonesia, dan diharapkan di tahun 2015, prevalensi gizi buruk dapat turun menjadi 3,6%.Prevalensi anak balita gizi kurang dan buruk turun 0,5 % dari 18,4% pada 2007 menjadi 17,9% pada 2010.


BAB III
PENUTUP
a.    Kesimpulan
•    Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
•    Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro.
•    Tipe gizi buruk terbagi menjadi empat tipe yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-Kwashiorkor serta Obesitas.
•    Gizi buruk dapat disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan makanan terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
•    Gizi buruk dapat dicegah dengan cara memberikan makanan yang bergizi tetapi sesuai dengan kebutuhan.
•    Penanganan gizi buruk dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi. Tetapi bagi penderita obesitas dapat di tangani dengan cara diet yang aman dan dianjurkan
•    Terdapat banyak kasus gizi buruk termasuk di Indonesia, selain itu di Makassar pada khususnya juga banyak ditemukan kasus gizi buruk. Mereka tidak tinggal diam dalam menghadapi gizi buruk, salah satu program yang di lakukan adalah program 100 hari kerja.





b.    Saran

•    Diharapkan bagi masyarakat agar tidak tinggal diam jika melihat anak yang mengalami gizi buruk, dan sekiranya dapat di laporkan ke posyandu atau puskesmas terdekat agar dapat segera di tangani.
•    Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan (serius). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri.
•    Dapat dijadikan referensi bagi penulis lain yang akan menulis tentang hal yang sama dengan objek penulisan ini.


Daftar Pustaka

Anonym. 2012. http//google.com,16 Mei 2012
Anonym. 2012. http//yahoo.com, 16 Mei 2012

Minggu, 29 Mei 2016

Makalah bayi baru lahir

MAKALAH BAYI BARU LAHIR (NEONATUS)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir  (neonatus), lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL).
B. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang Pengertian Neonatus
2.      Untuk mengetahui tentang Pengumpulan Data
3.      Untuk mengetahui tentang Pengkajian fisik bayi baru lahir
4.      Untuk mengetahui tentang Pemeriksaan umum
5.      Untuk mengetahui tentang Pemeriksaan Fisik Pada Neonatus
6.      Untuk mengetahui tentang Rencana Asuhan Bayi 2 – 6 Hari
7.      Untuk mengetahui tentang Penanganan
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Neonatus
            Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.
B.     Pengumpulan Data
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi penilaian tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan; penilaian adaptasi neonatal(skor APGAR,refleks); penilaian fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelaian morfologi/fisiologi); pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan,panjang badan; serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi baru lahir (neonatus), dibedakan menurut tiga kategori.
Pertama, klasifikasi neonatus menurut masa gestasi:
1.      Neonatus kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
2.      Neonatus cukup bulan (term infant): lebih dari 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
3.      Neonatus lebih bulan (postterm infant): lebih dari 294 hari(42 minggu) atau lebih
Kedua, klasifikasi neonatus menurut berat lahir:
1.      Neonatus berat lahir rendah: kurang dari 2500 gram.
2.      Neonatus berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 gram
3.      Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram.
Ketiga, klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa
Gestasi, dideskripsikan dengan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannnya, yaitu neonatus cukup/kurang/lebih bulan(NCB/NKB/NLB) apakah sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK)
C.    Pengkajian fisik bayi baru lahir
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJCdr166BTq90eAINyWdEfBtm92tAypDmSH-pB2cVe14ZlvA5sUo4-WMJ9L6By5NNxFQv-8AcRCVIbQIjsO4BTvWOKHEk3jRKDe5pjoe8Kl-6xatCYPIxQz4pAocTXIQojcdHuRlnGbiY/s200/LUTU.jpg
Pengkajian Pertama Pada Bayi Baru LahirPengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran, misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir, dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengkajian segara setelah lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian APGAR , meliputi appearance (warna kulit) pulse (denyut jantung) grimace (refleks atau respon terhadap rangsang) activity (tonus otot) and respiratory effourt (usaha bernafas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva (crowning). Kedua, pengkajian keadaan fisik. Setelah pengkajian setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan. Pengkajian yang kedua ini akan lebih lengkap apabila disertai dengan hasil pemeriksaan diagnostik /penunjang lain dan catatan medik yang menunjang.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care off the newborn) :
a.         Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga
b.        Menilai skor APGAR
c.         Melakukan resusitasi neonatus
d.        Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu pendek dan harus diawasi setiap hari
e.         Memberikan identifikasi bayi dengan member kartu bertulisan nama ibu, diikatkan di pergelangan tangan, atau kaki
f.         Melakukan pemeriksaan fisik dan obserfasi tanda vital.
g.        Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik), atau dalam incubator jika ada indikasi
h.        Menentukan tempat perawatan; rawat gabung, rawat khusus, atau rawat intensif
i.          Melakuakn prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang di turunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan vaksinasi (globulin) pada bayi.
Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut:
a.        Menginformasikan prosedur dan minta persetujuan orang tua.
b.        Mencuci tangan dan keringkan, bila perlu pakai sarung tangan.
c.        Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi.
d.       Memeriksa secara sistematis head to toe (kepala, muka, klavikula, lengan, tangan, dada, abdomen, tungkai kaki, spinal dan genetalia).
e.        Mengidentikikasi warna dan aktifitas bayi.
f.         Mencatat miksi dan mekonium bayi
g.        Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas (LLA), menimbang berat badan (BB) dan mengukur panjang badan (BB) dan mengukur panjang badan (PB) bayi.
h.        Mendiskusikan hasil  pemeriksaan kepada orang tua.
i.          Mendokumentasi hasil pemeriksaan
Tabel 3.1 nilai APGAR
TANDA
0
1
2
Appearance
(warna kulit)
Blue
(seluruh tubuh biru atau pucat)
Body pink, limbs blue(tubuh kemerahan,ekstremitas biru)
All pink (seluru tubuh kemerahan)
Pulse(denyut jantung)
Absent (tidak ada)
<100
>100
Grimace (refleks)
None (tidak bereaksi)
Grimace (sedikit gerakan)
Cry (reaksi melawan,menangis)
Grimace
( tonus otot)
Limp (tidak bereaksi)
Some fleksion of limbs( ekstremitas sedikit fleksi)
Active movement, limbs well flexed (gerakan aktif, ekstremitas fleksi dengan baik)
Respiratory
(tonus otot)
None
(tidak ada)
Slow, irregular
(lambat,tidak teratur)
Good, strong cry
(menangis kuat)
            Sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir secara komplit, tenaga kesehatan perlu melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini:
a.              Pemeriksaan cairan amnion, untuk menilai kelainan cairan amnio( volume) apakah selama kehamilan terjadi hidramnion/oligohedramnion
b.              Pemeriksaan plasenta, untuk menentukan keadaan plasenta, dan jumlah korion. Hal ini penting untuk menentukan adanya kembar identik/tidak.
c.              Pemeriksaan tali pusat, untuk menilai adanya kelainan pada vena/arteri,ada tali simpul?
d.             Pengukuran antropometri, minimal meliputi BB (2500-3000 gram),PB (45-50 cm), LK (33-35), LD (30-33 cm).
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga di kaji, antara lain:
a.                Factor genetic, meliputi kelainan/gangguan metabolic pada keluarga dan sindroma genetik.
b.                Factor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal,penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi
c.                Factor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, ada riwayat pendarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin  terlalu besar /terganggu,diabetes gestasional,poli/oligohidramnion
d.               Factor prenatal, meliputi premature/ postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban peca dini (KPD), pendarahan dalam persalinan, prolapsus tapi pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan
Dalam waktu 24 jam, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun, segaralah melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemeriksa hendaknya memperhatikan beberapa hal yang penting berikut ini:
a.                  Periksa bayi dibawah pemancar panas dengan penerangan yang cukup, kecuali ada tanda-tanda jelas bahwa bayi sudah kepanasan.
b.                 Untuk kasus bayi baru lahir rujukan, minta orang tua/keluarga bayi hadir selama pemeriksaan dan sambil berbicara dengan keluarga bayi serta sebelum melepaskan pakaian bayi, perhatikan warna kulit, frekuensi nafas, postur tubuh, gerakan, reaksi terhadap rangsangan dan abnormalitas yang nyata.
c.                  Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
d.                 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan
e.                  Bersikap lembut pada waktu memeriksa
f.                  Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan head to toe secara sistematis.
g.                 Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebioh lanjut yang memang diperlukan.
h.                 Catat setiap hasil pengamatan
D.    Pemeriksaan umum
a.    Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali permenit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodic selama beberapa detik masih dalam batas normal.
b.    Warna kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.
c.    Denyut jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kalipermenit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, bebrapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu, ulangi perhitungan denyut jantung.
d.    Suhu Aksiler
36,5 C sampai 37,5 C.
e.    Postur dan gerakan
Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi dengan letak sungsang selama masa kehamilan, akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai posisi sesuai bayi intrauterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan, maka tida dibutuhkan terapi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
f.     Tonus otot /tingkat kesadaran
Rintang normal tingkat kesadaranbayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat di tenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
g.    Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh,dan pembengkakan.
h.    Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal. Kelainan ini disebut milia, biasaanya terlihat pada hari pertama atau selanjuutny. Kulit tubuh, punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal.
i.      Tali pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut /mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
j.      Berat badan
Normal 2500-4000 gram.
Pemeriksaan fisik (head to toe)
a.    Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,sutura,moulase,caput succedaneum, cephal haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi: jumlah,warna,dan adanya lanugo pada bahu dan punggung.
b.    Muka
Tanda-tanda paralitis
Ukuran, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran.
c.    Mata
Ukuran, bentuk, posisi,(strabismus, pelebaran epicanthus) dan  kesimetrisan,kekeruhan kornea,katarak congenital,trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, pendarahan subkonjuntifa.
d.    Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran.
e.    Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernapasan , kebersihan.
f.     Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulit kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks mengisap adakah labio/palatoskisis, trush sianosis.
g.    Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tidorid,hemangioma, tanda abnormalitas, kromosom dan lain-lain.
h.    Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
i.      Dada
Bentuk dan kelainan, bentuk dada, putting susu gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan
j.      Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, pendarahan tali pusat, jumlah pemb ulu darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk simetriks/tidak palpasi hati, ginjal.
k.    Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis,testis sudah turun berada dalam skotum, orifisium uretrae di ujung penis, kelainan (fimosis,hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan labia miyora, klitoris, orifisium fagina, orifisium uretra, secret dan lain-lain
l.      Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetriks/tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinofarus/per eguinofalgus.
m.  Anus
Berlubang atau tidak, posisi, fungsi springter ani, adanya dresia ani, meconium plug sicdrom, mega colon
n.    Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura,kolumna vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spinabifi dakoma,mielomeningokel, lesung/bercak berambut dan lain-lain
o.    Pemeriksaan kulit
Ferniks caseosa lanugo, warna, udem, bercak, tanda lahir, memar.
p.    Reflek
Berkedip, babinski, merangkak, menari/ melangkah, ekstrusi gallants, moros, enck rhikting,palmar grasp, rethink, starcle, menghisap, toniknek
q.    Antropometri
BB, PB, LK, LD, LP, LLA
r.     Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah . bayi baru lahir normal biasanya kencing kebih dari 6 kali perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair 6-8 kali perhari. Di curigai diare bila frekuensi menibgkat, tinja hijau, atau mengandung lendir dan darah. Pendarahan fagin pda bayi baru lahir dapat terjadi beberapa hari pada minggu pertama kehidupan ini di anggap normal.
E.     Pemeriksaan Fisik Pada Neonatus
Pemeriksaan Fisik Pada Neonatus
·         Pemeriksaan bayi baru lahir disesuaikan dengan keadaan bayi
·         Pemeriksaan awal dilakukan sesegera mungkin
·         Pemeriksaan secara lengkap dilakukan bl keadaan bayi sudah stabil (6-24 jam)
·         Tujuan pemeriksaan adl utk menemukan kelainan dan menentukan tindakan lebih lanjut
·         Pemeriksaan dilakukan dihadapan orang tua/keluarga
Prinsip yg harus diperhatikan :
1.      Ruangan hangat,terang,dan bersih
2.      Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
3.      Gunakan APD: celemek &sarung tanagan
4.      Yakinkan alat pemeriksaan bersih
5.      Lakukan pemeriksaan secara sistimatis head to toe :inspeksi,palpasi,perkusi auskultasi
6.      Jika ada kelainan lakukan tindakan,kolaborasi atau rujuk.
7.      Lakukan pendokumentasian
Persiapan alat :
1.Timbangan    8. Tissu
2.Metlin    9. Bengkok
3.Stetoskop bayi  10. Tali pusat
4.Termometer  11. Cairan klorin 0,5%
5.Jam
6.Tongspatel
7.Sarung tangan
I.Anamnesa
1.Faktor genetik (riwayat peny keturunan,kelainan bawaan)
2.Riwayat kehamilan : paritas,kelainan ,obat2an, psikologis,dll
3.Riwayat persalinan: tgl lahir,proses persalinan,trauma, ku, obat2an dll
II Pemeriksaan fisik
   Penilaian mencakup :tanda vital,pengukuran pertumbuhan,penilaian sistem, penilaian umur kehamilan
1.Keadaan umum
•Nilai bayi secara keseluruhan:besar/kecil
•Ukuran tubuh proporsional/tidak
•Kondisi bayi aktif/lemah
•Tangisan lemah, keras, melengking ?
•Kesadaran ? Letargis, waspada atau sedasi ?
•Pucat/kuning /merah muda ?
2. Tanda-tanda vital
a.Pernafasan
•Hitung dg melihat gerakan abdomen/menit
•Hitung selama satu menit penuh
•Utk BBl stabil, diukur setiap 3-4 jam
•Utk BBl tdk stabil hitung setiap jam
•Frekuensi normal : 40 – 60 kali/menit
•Perhatikan apakah ada tarikan ddg dada, gerakan cuping hidung, kedalaman nafas
•Bagaimana bunyi nafas ?
Penilaian awal pernafasan saat lahi menjadi  evaluasi keberhasilan transisi bayi:
1.Pernafasannya nyaman
2.Tak ada tachypnea
3.Tak ngorok
4.Tak ada lekukan dada
5.Tak ada cyanosis/pucat
Penilaian pernafasan termasuk parameter berikut :
•Warna kulit : merah muda, kebiruan, pucat, gelap,berbintik,kuning
•Pernafasan: ringan,ngorok,cuping hidung kembang kempis, retraksi
•Suara nafas : jauh,dangkal,stridor,wheezing,melemah, seimbang/ tidak seimbang
•Dinding dada : gerakannya simetrik atau tidak
•Apnea/bradycardi: hitungan nafas terendah yg bisa diamati, warna,diukur dg oximeter dan lama episode
•Sekresi: jumlah (sedikit,sedang, banyak)
         Warna (putih,kuning,bening,hijau,berdarah)
         Konsistensi : encer, kental atau mukoid
b. Denyut jantung
•Diukur dg cara auskultasi / 2 jari di atas jantung bayi selama satu menit penuh
•Pd BBl stabil dihitung setiap 3-4 jam
•Pd BBl tak stabil dihitung setiap jam
•Denyut jantung normal: 120-160/menit
•Bl > 160 (takikardia): tanda infeksi, hypovolemia, hyperetermia, anemia, konsumsi obat ibu
•Bl < 100  (Bradikardi): BBl cukup bulan sedang tidur, kekurangan O2
  Penialian kardiovaskuler termasuk parameter berikut :
•Prekordium : tenang atau aktif
•Bunyi jantung: jelas, dg splitting dari S2
•Ritme : Normal atau arrhytmia
•Murmur : jelaskan jika ada
•Pengisian kembali kapiler : Beberapa detik
•Denyut perifer : normal, lemah atau tidak
c. Suhu tubuh
•Diukur melalui aksila, tahan 5 menit
•Normal : 36,5 - 37C
•BBl dalam incubator diukur setiap jam
•Hipotermia :bbl sakit atau BBLR, jika berlanjut pertimbangkan sepsis (tanda vital tak stabil, perubahan glukosa dlm darah),dehidrasi, bacteremia, epidural ibu
•Huipertermia: demam, infeksi, kurang minum
d. Tekanan darah
•Diukur pd tangan  kaki sesuai kondisi bayi
•Menggunakan mesin dinamap jk ada
•Normal 60-89/40-50
•Bisa meningkat saat menangis
•Akan turun saat tidur
e. Pengukuran 3 komponen pertumbuhan
1)Berat badan: ditimbang setiap hari
•BB < 2500 gr : prematur atau SGA
•BB > 3800 gr : LGA
•Perlu mengetahui usia kehamilan secara akurat
•Perhatikan glikemia pd BB < / >
•BBL akan kehilangan 10% pd mg pertama
•Bl kehilangan berlebihan : kurang ASI,dehidrasi
•Jk BB sangat berbeda dg kemarin : timbang 2 X
•BB akan kembali pd usia 2 minggu
•Kenaikan BB diharapkan adl 30 gr/hari
2) Panjang badan
•Diukur dr ubun2 s/d tumit, posisi telentang, sendi lutut dan panggul harus ekstensi penuh
•Normal : 45 – 53 cm
•Diukur saat masuk dan setiap minggu dan dibandingkan dengan berat badan
3) Lingkar kepala
•Diukur saat masuk dan setiap minggu
•Diukur: menghubungkan 4 titik : 2 frontal bosses dan 2 occipital protuberances
•Normal 33 – 38 cm
•Letakan pita ukur pd bagian paling menonjol di tulang oksiput dan dahi
•Pengukuran sedikitnya sekali sehari jk bbl gangguan neurologis (perdarahan intraventricular,hydrocephalus,asfiksia)
3 Kepala
•Apakah ada benjolan, caput, haetaom ?
•Fontanel; cekung, menonjol, datar ?
•Sutura : molase ? Derajat berapa ?
•Pertumbuhan rambut ?
4. Mata
•Simetris/tidak, gerakan bersamaan / tidak
•Adanya darah pd permukaan mata (normal) kecuali pd pupil/iris à hilang
•Tanda ikterus, infeksi,
•Pupil simetris, reaksi (lambat,cepat, tidak ada ?
•Terbuka/ menutup ?
5. Telinga
•Sejajar dengan ujung mata
•Bentuk simetris/tidak,normal/tidak
•Apakah ada pengeluaran ?
6. Hidung dan mulut
•Apakah bernafas spontan/cuping hidung
•Tanda kebiruan /cyanosis
•Tanda labio-palatoskizis
•Refleks rooting dan sucking
7. Leher
•Pembesaran kelenjar tiroid, getah bening
•Tonick neck refleks ?
8. Dada
•Simetris/ tidak, gerakan nafas ? Kesulitan?
•Dengarkan suara nafas,kiri &kanan sama?
•Pembesaran kelenjar mammae
•Dengarkan denyut jantung dg fetoskop
9. Perut/abdomen
•Terlihat normal, tali pusat ?
•Apakah ada hernia umbilicalis saat bayi nangis?
•Suara perut: ada/tidak,hiperaktif, hipoaktif
•Dinding perut: merah,meregang,ada batas perut membuncit
•Palpasi: lembek, nyeri atau meregang
10. Bahu, lengan dan jari
•Simetris/tidak, jari lengkap/tidak ?
•Apakah tangan dapat digerakan secara normal,patah tulang ?
•Refleks graps, refleks moro (hilang 4 bl)
•R moro menetap > 4 bl :kerusakan otak
•Respon yg tdk simetris: fraktur calivula, cedera fleksus brakhialis
11. Genetalia
a.Laki-laki
•Scrotum tdd 2 kantung berisi testis
•Lubang penis tepat di tengah ? Panjang < 2,5 cm ?, miksi ?
b. Perempuan
•Labia mayora & minora ada ?
•Keluarnya cairan : putih,krem,pseudomenorh, akan hilang dlm 10 hari
•Miksi sdh/belum dalam 24 jam
12 Panggul
•Pegang paha dan betis bayi , gerakan lurus ke arah samping luar, dengarkan & rasakan bunyi “klik”à kolaborasi
•Gerakan paha ke atas dan kebawah, dengarkan bunyi klik
13. Punggung dan anus
•Adakah benjolan/masa
•Ada/tdk lubang anus, mekoneum ?
14. Ektremitas bawah
•Simetris/tidak
•Jari lengkap/tidak ?
•Refleks babinski ?
•Gerakan aktif/lemah, simetris/tidak ?
•Kelainan bentuk ?
•DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Pola nafas tdk efektif berhubungan dg Obstruksi jalan nafas
2.Gangguan pertukaran gas berhub dg hipotermi (cold stress)
3.Resiko tinggi termoregulasi tdk efektif berhub dg Kehilangan panas ke lingkungan
4.Resiko tinggi infeksi berhub dg faktor lingkungan
•Hasil akhir yg diharapkan
1.Utk bayi akan :
  a. transisi dr kehidupan intrauterin ke   ekstrauterin
  b. Mempertahankan pola nafas efektif
  c. Mempertahankan termoregulasi efektif
  d. Tetap bebas dari infeksi
2. Utk orang tua:
a. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan keyakinan ttg aktivitas perawatan bayi
b. Memahami karakteristik perilaku dan biologis bbl
c. Mendemostrasikan interaksi/perilaku yg meningkatkan fungsi keluarga sehat
d. Memiliki kesempatan utk meningkatkan hubungan dg bayi
e. Mulai mengintegrasikan bayi ke dalam keluarga
F.     Rencana Asuhan Bayi 2 – 6 Hari
Pada hari ke 2 – 6 setelah persalinan ada hal – hal yang perlu diperhatikan pada bayi , yaitu :
1.    Minum
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu ( Jika payudara penuh ) atau kebutuhan bayi setiap 2 – 3 jam ( paling sedikit setiap 4 Jam ), bergantian antara payudara kiri dan kanan.
2.   BAB
Feses  bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu feses bayi bisa bergumpal gumpal seperti jelly, padat, berbiji/seeded dan bisa juga berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak berbentuk, bisa seperti pasta/krem, berbiji dan bisa juga seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya bayi yang mengkonsumsi susu formula kadang suka bebelan (susah b a b) sedangkan yang mendapat ASI tidak.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu tercampur bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal  tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang seling susu formula. Misalnya akan sulit menentukan apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal saja karena sistem pencernaanya memang belum sempurna. Tettap susui bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah atau keluhan lain dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada masalah pada bayi àrujuk.
Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu karena frekuensi b a b bayi tidak sama dengan orang dewasa, padahal frekuensi b a b pada setiap bayi berbeda, bahkan bayi yang sama pun frekuensi b a b nya akan berbeda dari minggu ini dan minggu depannya, itu karena bayi belum menemukan pola yang pas. Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bisa lebih dari 5 kali atau 6 kali, tidak masalah selama pertumbuhannya bagus.
Bayi yang minum ASI ekslusif  sebaliknya bisa saja tidak b a b selama 2 sampai 4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan berarti mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan baik, feses yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak lendir atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan bert badan bayi. Jadi yang penting lihat pertumbuhannya apakah anak tidak rewel dan minumnya bagus, kalau 3 hari belul b a b, dan bayinya anteng – anteng saja mungkin memang belum waktunya b a b.
Bayi yang pencernaannya normala akan b a b pada 24 jam pertama setelah lahir. B a b pertama ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari sel – sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama bayi berada dalam kanadungan. B a b pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaannya normal atau tidak.
Frekuensi bab yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai nila warnanya putih atau disertai darah.
Menurut Dr Waldi Nurhamzah, SPA umumnya warna-warna feses bayi dapat dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses tsb.
Warna feses kuning
Warna kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses bayi sangan dipengaruhi oleh susu yang dikonsumsinya. Bila bayi minum ASI secara ekslusif, fesesnya berwarna lebih  cerah dan cenderung cemerlang atau didominasi warna kuning (golden feses). Berarti bayi mendapatkan ASI penuh., dari foremilk (ASI depan) sampai hindmilk (ASI belakang). Warna kuning timbul dari Proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan disimpan beberapa waktu dalam kandung e mpedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila dalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan berkontraksi(mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairan keluar. Cairan empedu ini akan memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang diminum susu formula, atau ASI dicampur susu formula, warna feses akan berwarna lebih gelap, seperti kuning tua, agak coklat, coklat  tua, kuning kecoklatan atau coklat kehijauan.
Warna feses hijau
Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus muncul. Ini berarti cara ibu memberikan ASI nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilk nya tidak. Kasus ini umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah.
Didalam payudara, ibu memiliki ASI depan (foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu menghisap ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat bayi sering lapar kembali. Sedangkan ASI belakang (hindmilk) akan terhisap kalau foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. Lemak ini yang membuat feses menjadi kuning. Kalau bayi hanya mendapat foremilk yang hanya mengandung sedikit lemak dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu) sehingga bayi merasa tidak nyaman (kolik).
Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tetapi hijau kuning, bergantian, ini berarti bayi mendapat ASI yang komplit, dari foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplit. Ibu harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus. Sayangnya disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula. Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk anak sudah terlanjur diberi susu formula hingga kenyang.Akhirnya bayi hanya mendapat foremillk saja. Sebaiknya berikan ASI secara ekslusif. Perbaiki penatalaksanaan pemberian agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk. Kiatnya : susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI habis baru pindah ke payudara berikutnya.
Warna feses merah
Feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai. Namun bidan  harus melihat apakah merah itu disebabkan  dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya. Jika bayi sempat menghisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. Jadi tinggal di test saja, asalnya dari mana dari darah ibu atau dari darah bayi. Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu, maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinnanya hanya dua, yaitu Alergi susu formula bila bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi, fua-duanya butuh penanganan. Darah ini sangat jarang berasal  dari dysentri amuba dan basiler, karena makanan bayi belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor. Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain seperti perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.
Warna feses kuning pucat atau keabu-abuan
Waspada !!!....baik yang encer maupun padat. Warna putih menunjukkan gangguan yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran empedu.  Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai feses dan ini tidak boleh terjadi, saat itu juga haruas dibawa ke dokter. Yang sering terjadi ibu terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini nantinya akan berubah, padahal kalau dibiarkan bayi sudah tidak  bisa diapa apakan lagi karena umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang masih merupakan tindakan pengbobatan yang sangat mahal di Indonesia.
3.   BAK
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7 – 10 x sehari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus diganti popoknya.
4.     Tidur
o   Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat dan pastikan bayi tidak terlalu panas atau dingin.
o   Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan – lahan akan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan siang hari. Keluhan gangguan tidur biasanya datang dari orang tuanya yang sulit menerima jam tidur bayi. Dikatakan bahwa orang tua  kekurangan tidur 2 jam setiap harinya hingga bayi berusia 5 bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu tidur setiap malamnya. Sehingga orang tua pun perlu menyiasati waktu tidurnya sesuai dengan pola tidur bayi. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang. Usia 3-6 bulan jumlah tidudrpun semakin berkurang, kira2 3 kali dan terus berlkurang hingga 2 kali pada usia 6 – 12 bulan. Menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah waktu tidur berkisar antara 12 – 14 jam.
Latih anak agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur dan siang hari adalah waktu untuk bangun. Salah satu caranya adalah dengan mengajaknya bermaiin hanya disiang hari saja, tidak di malam hari.
Latih bayi agar mengetahui bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur. Letakkan bayi di tempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan atau di ruangan lain.
Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakan lampu tidur yang redup
Ketika bayi terbangun, ajari untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu, tenangkan dengan kata kata lembut. Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur, jika menangis lagi, biarkan dulu 5 menit baru tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit dan seterusnya hingga 15 menit, malam berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit yaitu 10 menit, 15 dan 20 menit. Biasanya bayi memerlukan waktu hingga 2-3 malam. Jika gagal henetikan dulu prosedur ini dan coba lagi setelah 1 bulancara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston’s Children Hospital).
Pastikan bayi tidur dengan aman :
o   Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk. Pasang seprei atau alas dengan cermat agar tidak mudah lepas
o   Jangan merokok disekitar bayi
o   Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam membuntal bayi ketika tidur.
o   Jika khawatir kepala bayi akan peyang jika terlalu  sering tidur terlentang, tengkurapkan bayi saat bangun dan ada yang mengawasi. Atau ubah sesekali posisi kepala saat bayi tidur terlentang.
2.   Kebersihan kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
3.    Keamanan
Jangan sekali – kali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.
4.   Tanda – tanda bahaya
Sebagian besar bayi akan menangis atau bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.
·        Bila bayi tersebut menangis/ bernafas (terlihat dari pergerakan dada paling sedikit 30 kali per menit), biarkan bayi tersebut dengan ibunya.
·        Bila bayi tersebut tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segeralah cari bantuan, dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.
Penanganan ; persiapkan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia, perdarahan persalinan lama atau macet, persalinan dini atau infeksi.
·        Jika bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut
1.              Keringkan bayi dengan dengan selimut atau handuk yang hangat.
2.              Gosoklah punggung bayi tersebut dengan lembut.
·        Jika bayi masih belum mulai bernafas setelah 60 detik mulai resusitasi.
·        Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernafas (frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali per menit), berilah oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs.
Tanda-Tanda Bahaya Dibagi menjadi Dua:
1.             Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu
·         Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah
·         Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat > 60/ menit atau menggunakan otot nafas tambahan.
·         Letargi – bayi terus – menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
·         Warna abnormal-kulit/ bibir biru (sianosis) atau bayi sanagt kuning.
·         Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).
·         Tanda atau prilaku abnormal atau ttidak biasa.
·         Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak brtinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau brdarah/ lender.
·         Mata benggkak atau mengeluarkan cairan.
2. Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir.
Pernafasan- sulit atau lebih dari 60 kali permenit.
Kehangatan terlalu panas  ( > 38° c atau terlalu dingin < 36ºc)
Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
Pemberian makan, hisapan lemah , mengantuk berlebihan, banyak muntah.
Tali pusat merah, bengkak,keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit.
Tinja / kamih-tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah pada tinja.
Aktivitas- menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus.
G.    Penanganan
o   Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.
o   Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.
o   Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dengan mengambil popok dan selimut sesuai denagn keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin ( dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa kemampuan pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang dimasukkan kedalam mulut bayi harus bersih.
o   Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
o   Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi.
o   Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu.
o   Jaga keamanan bayi terhadap traumadan penyakit atau infeksi.
o   Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.
Penyuluhan sebelum bayi pulang
Perawatan tali pusat
Pemberian ASI
Jaga Kehangatan Bayi
Tanda – tanda bahaya
Imunisasi
Perawatan harian atau rutin
Pencegahan infeksi dan kecelakaanv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu
Obat profilaksis yang rutin diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,dkk.2000. Kapita selekta Kedokteran edisi III jilud 2.Jakarta. MediaAesculapius
Abdul atif,1993.Penatalaksanaan Anastesi pada Bedah Akut Bayi Baru Lahir.Jakarta
Warih BP,Abubakar M.1992.Fisiologi pada neonates.Surabaya
http://sis-doank27.blogspot.com/2010/06/askep-bayi-baru-lahir-normal.html
DepKes RI,1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga
Muslihatun,Wafi Nur.2010.Asuhan Bayi dan Balita.Yogyakarta:Fitramaya
http://www.pgbeautygroomingscience.com/role-of-lipid-metabolism-in-seborrheic-dermatitis-dandruff.html
Djuanda,adji,Prof,Dr,spkk,dkk.2010. MIMS Indonesia petunjuk konsultasi.Jakarta.CMP MEDIKA
http://blogger.com/insanimiftachuljanah